SUKA DUKA DI GUNUNG BATU
Aseeeek, akhirnya bisa naek gunung lagi. Beneran gunung loh... Namanya Gunung Batu. Tingginya 875 mdpl. Tuh kan, beneran gunung. Kan tingginya di atas 600 mdpl. Yuk, ikuti kisah saya ma temen-temen sy saat berkunjung ke sana. Cekrek!...
Awalnya, kami, trio pengelana baru (Hehehe...namain dewek...), Piet, Wahyu, dan saya ingin ke Gunung Batu pada hari Ahad, 23 April 2017. Karena istri Wahyu kurang sehat dan istri saya ada acara yang harus saya temani, rencana hari itu gagal. Kami pun merencanakannya pada pekan berikutnya. Alhamdulillah, pada hari Senin, 1 Mei 2017, bertepatan dengan Hari Buruh, rencana kami terealisasi.
Senin malam, saya ada acara di rumah rekan saya di Bekasi Timur Regensi, Bantar Gebang. Pulangnya jam setengah 12 malem. Setelah pulang ke rumah dan packing barang seadanya, saya pun menuju Aren Jaya, Bekasi Timur. Saya menuju rumah Wahyu. Di situ sudah ada Piet menunggu. Jam dua saya tiba. Kami pun beristirahat. Rumah Wahyu jadi basecamp kami.
Pukul 04.00 Senin pagi buta, kami bangun dan melakukan persiapan perjalanan. Piet mengendarai motor revo milik Wahyu. Mereka berboncengan. Saya sendiri tetap setia ditemani si winny, motor kesayangan saya. Hehehe...maklum, motor atu-atunya.
Pukul 04.30 WIB, kami menghidupkan motor meninggalkan rumah Wahyu. Kami melewati Bulak Kapal, pertigaan TK ke arah kanan menyusuri Kali Malang, belok kiri ke arah Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi Timur, hingga tembus di Jalan Narogong. Kami pun berhenti sejenak untuk melakanakan salat subuh berjamaah di Masjid Darul Hikmah.
Tepat pukul 05.00 WIB, kami melanjutkan perjalanan menyusuri Jalan Raya Narogong menuju Bantar Gebang, perempatan Cileungsi, lalu ambil kiri menuju Jonggol. Di jalan kami melewati Taman Buah Mekarsari, Perumahan Citra Grand, Simpang Tiga Cibucil, hingga wilayah Kampung Menan, Jonggol.
Di Kampung Menan kami berhenti di tepi jalan untuk sarapan nasi uduk. Hitung-hitung sambil menghubungi teman saya, Yudi Setiawan. Ia dulu teman seangkatan saya di Pesantren Attaqwa. Sekarang ia menjadi anggota TNI yang bertugas di Koramil Cariu. Yudi bersedia mengantar saya ke Gunung Batu. Tapi, sepertinya kami salah paham. Yudi mengira bahwa kami akan ke Gunung Batu pada hari Ahad. Ya sudah, kami ikhlas saja ketika Yudi bilang sedang ada di Cikarang karena suatu tugas. Untuk mengetahui lokasi Gunung Batu, kami pun mengandalkan GPS (Gunakan Penduduk Sekitar). Kata si ibu penjual nasi uduk, kami masih harus lurus terus. Di persimpangan yang akan kami temui nanti, ambil jalur kanan ke arah Dayeuh atau Sukamakmur. Ikuti saja sampai ada tanda penunjuk Gunung Batu.
"Perjalanan sekitar satu setengah jam dari sini," kata sopir angkot yang ikut nimbrung dalam percakapan kami.
Benar saja, setelah sekitar 1,5 jam perjalanan, kami tiba di tujuan. Namun, perjalanan ke tempat tersebut butuh pengorbanan. Asyik juga sih. Maklum, ternyata yang mendaki bukan hanya kami, tapi juga motor kami. Jalanannya agak rusak dan berkelok. Yang paling menantang adalah tanjakannya. Gileee, turun naik bukit yang seakan ga ada habisnya. Sebenarnya sih ga masalah kalo motornya oke. Lah, kami ini cukup kerepotan. Motor Wahyu udah ngebul knalpotnya. Bunyinya pun aneh. Maklum, ditunggangin berdua, nanjak pula. Bunyi knalpotnya, bagi yang mengerti, mungkin berubah jadi gini, "Tobaaaaattt...." Hehehehe...
Bagaimana dengan si winny? Dia mah anteng-anteng aja. Saking antengnya, pas tanjakan setelah Kali Ciherang, mati begitu aja. Tinggallah saya yang kerepotan, tergopoh-gopoh turun dari motor dan dengan sekuat tenaga berusaha mendorong sampai atas. Fuih, gila bener!!! Untung aja ga keburu turun nyelorok. Bisa berabe urusannya.
Tapi, pemandangan sepanjang perjalanan cukup indah. Tuh, liat aja foto pertama yang ada di atas sana!
Singkat kata, sampailah kami di pintu masuk pertama. Pintu masuk ini lebih dekat, tapi masih harus berjalan hingga ke pos 2. Kalau mau terus berjalan lagi sekitar 1 kilometer, ada pintu masuk kedua. Motor bisa masuk sampai pos 2. Kami memilih pintu yang ini, biar jalannya lebih jauh, lebih berrassaaa gitu.... (Hehehe, alasan! Bilangnya ga tau lokasinya :) )
Di sini kami membayar biaya parkir di muka sebesar Rp15.000,00 per motor. Tapi, tidak ada tanda bukti parkir di sini, apalagi simaksi.
Kami tiba di sini pukul 07.30 WIB. Jadi, perjalanan dari Narogong sampai pintu masuk sekitar 2,5 jam. Itu pun sudah termasuk sarapan. Setelah berkemas, pada pukul 08.00 WIB, kami pun memulai pendakian.
Bro, tiap gunung emang punya karakteristik, ya? Hehehe, ngerti karakteristik, kan? Becanda, Bro! Karakteristik itu adalah kelebihan dan kekurangan. Karakteristik juga bisa berarti ciri khas atau tanda-tanda tertentu. Laaah, jadi bahas ginian :)
Baru jam 08.00 WIB, tapi hawa panas sudah sangat terasa. Panasnya terasa banget di kulit. Kudu pake sunblock kali, ya! :) Rute diawali oleh trek kendaraan roda empat. Karena semalam baru saja turun hujan, jalanan jadi banjir.
Tralala...... Ini dia gunungnya. Sekilas mirip Pangrango, ya? Atau, mirip Salak, ya? Terserahlah, yang penting itu gunungnya. Dari tempat parkir, kita mengikuti trek landai berbatu dan berlumpur dengan kubangan di titik-titik tertentu. Kita harus memutar ke kiri sebelum kemudian mulai mendapati trek menanjak.
Alhamdulillah, sinar matahari kehalangan ama gunung. Jadi, berasa sejuk. Gambar di bawah ini adalah area parkir motor yang makin menjauh.
Pemandangan di sebelah kanan adalah Gunung Batu yang menaungi kami dari sinar mentari pagi. Pemandangan di sebelah kiri ya gambar ini, perbukitan yang tengah disirami cahaya mentari.
Ini dia trek awalnya. Horeeee, saya menangan kalo begini mah!!!
Perjalanan selanjutnya adalah menyisir tepi gunung. Bangga banget pake kaos petualang. Hehehehe, itu pemberian Bang Al. Tengkyu, Bang :)
Setelah menyusuri jalan berbatu, ada pertigaan. Ke mana nih??? Hehehehe...tuh diunjukin ama Wahyu n Piet. Kalo dari arah kita nih, berarti ke arah.....kanan lah! :)
Itu dia treknya. Sama dengan trek yang dari tempat parkir tadi, berbatu. Hanya, menanjak. Sedikiiiiit menanjak, tepatnya. Hehehe... :)
Taraaaa... sampai juga di gapura pos 2. Dari tempat parkir ke sini hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit saja.
Di sini kami dikenai biaya lagi. Buat kebersihan katanya. Kami bayar Rp5.000,00 per orang. Kan kami ga nginep :)
Kalo nginep, tarifnya Rp10.000,00 per orang. Liat tuh tulisannya! Lucu, ya! Cemping... 110.000...org... mlm... Hehehehe
Ini penampakan gapuranya...
Trek awal pendakian dimulai dari sini. Ada tempat sampah. Ada papan peringatan. Sederhana banget, ya! Outdoor sejati :)
Mejeng dulu ah sebelum naik.... Ini baru jam 08.15 WIB, tapi liat suasananya, Bro... panaaaaas :)
"Ya Allah, berikanlah keselamatan dalam perjalanan kami. Tujuan perjalanan kami hanya satu ya Allah. Kami ingin menikmati keindahan ciptaan-Mu. Bismillahirrahmanirrahiiim," ucapku memulai pendakian.
Treknya tanah liat, Bro! Tanah lilin. Liccciiiin....
Makanya dikasih peringatan...
Tanah liat, tanah lilin, berlumut pula....
Selama ini pake sepatu AP Bike (Iklan dah....) saat naek gunung ga masalah. Tapi, di sini baru kerasa susahnya. Sering kepeleset. Jari kaki pada mengkired nahan pijakan biar ga merosod.
Pantes aja kalo trek ini dinamakan Tanjakan Kebo. Kebo pun bakalan kerepotan kali kalo lewat sini :)
"Horeeee, saya sampai," kata Wahyu. Dia hebat pada pendakian kalian ini; sampainya paling dulu.
Eits, bukan sampai di Puncak, Bro! Ini baru sampe area kemping. Ada beberapa tenda di sini. Rupanya semalem ada yang nge-camp di sini. Cukup luas lah, bisa menampung hingga 15-20 tenda.
Stamina saya kerorodan alias kedodoran sampe sini. Napas megap-megap. Pala puyeng. Pandangan gelap. Mungkin efek semalem tidur cumen sejem kali, ya! Makanya, kalo kalian mao pada mendaki, kudu tidur cukup, ya!
Di area kemping ini banyak monyet, Bro! Ada yang gede alias biang, ada yang kecil. Mungkin cucu-cucunya. Jumlahnya banyak, bisa ratusan. Terkadang mereka diam-diam ke tenda dan ngambil sesuatu. Banyak pula pendaki yang memberi makanan.
Selepas area kemping, treknya langsung menanjak dan sempit. Dasarnya masih tanah dan licin. Sementara dari langit, cahaya panas terus menyembur deras.
Treknya mulai terjal. Butuh tali untuk memudahkan para pendaki menjalaninya. Kecuali, bagi yang cukup energi, tali hanya jadi alternatif saja :)
Piet udah sampe paling dulu. Dia lagi nungguin Wahyu. Saya ada di mana? Masih jauh, paling bawah.... Hehehehe...
Menuju puncak bayangan harus melalui trek batu yang hampir vertikal. Butuh nyali dan tali besar nih.... :)
"Terus, terus! Kaki kanan jadi pijakan. Angkat kaki kiri! Angkat! Angkat!" teriak Piet memotivasi Wahyu.
"Dikit lagi! Teruuuus! Teruuuuus," teriak si Piet.
"Alhamdulillaaaah. Yesssss!!!!" teriak Wahyu.
Si Piet masih pengen nanjak tuh. Puncak Gunung Batu kayanya belum seberapa buat dia. Hehehe... :)
Beda si Piet ama Wahyu, beda juga saya. Wahyu sampai puncak ketawa ceria. Piet cuma senyum-senyum aja karena baginya belum seberapa. Saya mah terus terang aja, ga bisa dibohongin dah, lemes ga terkira. Dengkul pada moplok rasanya. Udah deh, ga peduli kotor, ngedeprok aja dah. Kalo bediri, ngeri! Itu yang kealing-alingan rumput, itu tebing, Bro! Jumbleng banget! Syereeeem... Pas ada yang berat di atasnya, eeeh tiba-tiba longsor. Sweng...bisa-bisa langsung terbang ngejungkel saya. Hiiiiii, males ah ngebayanginnya. :)
Tukang fotonya, ya ampuuuun...saya belon siap, udah dipoto bae.
Kudunya gini nih gayanya. Oh ya, di puncak itu ada tulisan gini, "Puncak aja aku perjuangin, apalagi kamu." Hehehehe, saya jadi inget. Saya punya temen cewe. Dia lahir di tanggal saya mendaki saat ini. Dia tuh ngangenin banget. Saya perjuangin ga, ya???? Hehehehe.... lebay, lebay! Itu mah buat si Piet aja. Dia kan belon kawin. Eeeh, belon nikah :)
Pemandangan dari puncak Gunung Batu emang indah, Bro! Liat aja nih hasil jepretan si Piet! Itu yang ngejepret si Piet, apalagi kalo ente, Bro! Ayo, ah, buruan! Dakilah Gunung Batu! Rasakan keunikannya!
Kami mulai naek jam 08.00 dan sampe puncak jam 10.00 WIB. Itu sudah puas banget dengan foto-foto dan ngobrol-ngobrol dengan pendaki lainnya. Tepat jam 10.00 WIB, kami pun turun. Panas matahari sudah sangat menyengat kulit. Ditambah lagi, di puncak ini banyak nyanyang alias tawon kecil yang usil.
Kami bertemu pendaki dari Kuningan. Dia memiliki persedian air lebih. Ia pun meletakkan botol berisi setengah air mineral di puncak bayangan.
"Buat pendaki yang kehausan, tapi keabisan air, A," ucapnya kepada kami.
Hehehehe, mulia juga, ya! Tapi, saya pesen nih. Jangan terlalu percaya ama pendaki. Banyak juga loh pendaki usil. Mereka pura-pura nyediain air, padahal mah air yang ......
Astagfirullah. Jadi suuzon saya. Pokoknya hati-hati dan waspada aja dah.
Kita harus turun dengan cermat dan waspada. Butuh kehati-hatian tinggi. Jangan sok pamer sok kuat di sini. Dulu, tahun 2015, ada yang meninggal setelah jatuh dari trek ini. Jaga diri, ya, Bro! Di trek ini kita akan mendapati jalur batuan kerikil lepas yang hanya selebar 40 cm. Di situ ada lubang juga. Jangan sampai masuk lubang, apalagi terpeleset ke samping kiri atau kanannya. Tamat dah... Hiiiii....
Eng ing eng....
Pas lagi turun, saya ketemu rekan saya, Ustaz Sirojuddin Mursan alias Guru Sire. Ga nyangka banget ketemu beliau di sini. Sebenarnya ga heran-heran amat sih. Beliau kan emang suka keluyuran sendirian... Eeeeh, adventure sorangan, maksudnya :) Beliau ngajakin saya ke Kawah Ratu Gunung Salak tuk acara tektokan asyik, katanya. Hehehe, bolehlah kapan-kapan.
Ternyata, cuma butuh waktu setengah jam alias 30 menit untuk sampai di pos 2. Kami pun menuju kamar mandi tuk bersih-bersih dan bersantai sejenak menikmati jajanan dan minuman ringan di warung-warung yang banyak tersedia di sini.
Tepat pukul 11.00 WIB, kami meninggalkan pos 2. Untuk menemani perjalanan kami, Piet membelikan kami cireng dan cilok. Aseeek....
Sampe di parkiran, saya dapet musibah. Tas saya yang saya tinggalkan di balai-balai warung di dekat tempat parkir lenyap. Saya meletakkannya di dekat helm-helm yang berjejer di situ. Helm tak terlihat, tas saya pun lenyap. Petugas parkir tidak ada yang mau bertanggung jawab. Semuanya menyalahkan saya. "Mengapa tidak bilang titip, Pak?"
Ya sudahlah. Sudah hilang, mau apa dibilang? Huwaaaa...paling cuma bisa nangis doang.
Tas yang hilang berisi jaket (Itu jaket merk Boss kenang-kenangan pemberian Ustaz Adang n Ustaz Ibni selepas acara IKAA), 4 cd, 2 kaos (1 berkerah, 1 oblong), seperangkat alat kebersihan (Bedak Herocyn, Hot in Cream, parfum, sikat gigi, odol, dan shampo), obat-obatan (Luar dan dalam), chargeran hp Lenovo, dan senter pena.
Untungnya, hp dan dompet selalu saya kantongin. Hehehe...tetep aja ada untungnya, ya! :)
Akhirnya, saya meninggalkan Gunung Batu hanya menggunakan kaos yang sudah basah oleh keringat. Uhu uhu ... Untung si Piet baik. Untuk menghibur saya, dia membelikan saya es kelapa muda. Ajiiiib...
Karena perut udah kelaperan, kami pun mampir di sebuah kedai atau warung makan. Saya memesan satu porsi nasi putih, soto babat, pecel ayam (2 kepala dan 4 ceker), dan satu kaleng Fanta. Muantaaaaap... (Hehehehe, coooba itu. Gimana mo kurus setelah pulang naek gunung, lah makannya sebanyak itu :) )
Sotonya enak banget, Bro! Tuh, lihat! Si Piet ama Wahyu serius pisan euy!!! :)
Taraaaaaaa.... Ini dia tempat kami makan. Yang punya ternyata orang Betawi Pondok Gede :)
Setelah makan, kami melanjutkan perjalanan menuju masjid terdekat. Kami melaksanakan salat zuhur dan asar (qasar jamak) berjamaah. Setelah itu, kami memacu motor kami kembali ke Bekasi.
Piet dan Wahyu jalan duluan. Saya mengikutinya. Di tengah perjalanan, saya sudah sangat tidak tahan dengan rasa kantuk yang mendera. Di depan pintu masuk Taman Buah Mekarsari, saya pun meminggirkan motor. Saya letakkan pantat saya di trotoar dan tangan saya letakkan di jok motor sebagai alas untuk kepala saya. Saya pun tertidur hingga sekitar setengah jam. Setelah itu, saya pun melanjutkan perjalanan.
Ketika saya tiba di Pangkalan 5, ada sms masuk dari Piet. Rupanya dia sudah sampai di rumah Wahyu. Bahkan, mereka tengah asyik menyantap Bakso Yanto. Hehehe.... Selamat deh!
Saya tiba di rumah pukul 17.00 WIB, satu jam setelah sms dari Piet. Saya pun mandi dan berbenah. Selepas itu, saya kembali menuju Kali Malang, tepatnya di Perumahan Permata Timur. Ada siswi yang meminta bimbingan saya tuk persiapan UN kelas 9.
Demikianlah perjalanan berkesan kami. Intinya, kami seneng banget bisa sampe dan menjejakkan kaki di Gunung Batu. Walaupun tas saya beserta hilang, saya tetap senang. Huwaaaa, sambil air mata berlinang....
Saya kenalin teman-teman saya ah. Di bawah ini, yang mirip Shah Rukh Khan, adalah Piet Fitriadi. Dia orang Karawang, anak kedua dari tiga bersaudara. Dia alumni Ekonomi dari UGM. UGM, sama kaya Jokowi dan Anies Baswedan :) Si Piet ini, udah ganteng, pinter, kaya, rajin ibadah pula... (Hehehehe, bentar ah, mo muntah dulu. Ue ue...) Tapi, meskipun gitu, dia belon dapet jodoh. Mudah-mudahan segera dapet pasangan ples momongan. (Laaah, nikah ma janda ber-anak dong. Hehehe.... Ga apa-apa kalo cinta mah.)
Ini Wahyu, orang Bekasi Timur yang nikah ma orang Kemayoran trus tinggal di sana. Dia alumni .... (Laaah, lupa saya. Kalo ga salah, alumni Universitas Negeri Surakarta alias UNES... Bener ga, ya...) Wajahnya mirip-mirip Piet Sahertian, ya? Kenal ga ente, Bro? (Hehehe, cari aja di internet, ya!) Orangnya pendiem. Kentutnya aja ga bersuara, apalagi mulutnya. Hehehe...peace!
Ini gw, Bro! Hayo, lu mo pada bilang apa??? Tua? Item? Ompong? Gendut? Tengil? Usil? Hehehehehe.... Tebakan lu bener semua, Bro! Hehehehe... udah ah, cape gw ngetiknya. Sampe ketemu lagi di gunung-gunung berikutnya :)
Jual Cytotec Obat Aborsi Asli Tuntas
ReplyDeleteObat Aborsi Pil Penggugur Kandungan
Obat Penggugur Kandungan
Jual Obat Aborsi Ampuh