Menanti Pagi di Gunung Prau, Wonosobo
Alhamdulillah, akhirnya saya bisa mengisi blog ini lagi. Kali ini saya akan mengisahkan perjalanan saya bersama teman-teman ke Gunung Prau, Wonosobo, Jawa Tengah. Semoga kisah kami menginspirasi pembaca untuk turut serta menikmati keindahan Indonesia melalui puncak-puncak tertingginya. Yuk...
Kami telah merencanakan perjalanan ke Wonosobo cukup lama. Awalnya kami memutuskan untuk pergi ke sana sepekan sebelum Ramadan 1438 H, tepatnya tanggal 21 Mei 2017 M. Akan tetapi, kami mendengar berita bahwa Gunung Prau ditutup karena peristiwa tewasnya tiga pendaki akibat tersambar petir. (Lihat http://regional.kompas.com/read/2017/04/24/05561361/tiga.pendaki.tewas.tersambar.petir.di.gunung.prau) Kami pun memutuskan untuk bersabar hingga bakda Idul Fitri.
Alhamdulillah, kami pun menentukan waktu kunjungan ke Gunung Prau pada Selasa malam, 11 Juli 2017 M. Sebelumnya, kami khawatir rencana ini akan batal kembali mengingat terjadi peristiwa meletusnya Kawah Sileri. (Lihat https://nasional.tempo.co/read/news/2017/07/02/058888241/kawah-sileri-dieng-meletus-4-wisatawan-alami-luka-luka) Untungnya, Gunung Prau dinyatakan aman dan terbuka untuk umum. Maka, kami pun dapat mewujudkan rencana kami untuk mengunjunginya.
Selasa malam, setelah melakukan berbagai macam persiapan, kami -- Aji, Wahyu, Fandi, Piet, Heru, dan saya, NAM -- berangkat dari kantor kami di Rawamangun menuju Stasiun Pasar Senen pada pukul 20.00 WIB. Kami menggunakan dua angkutan mobil online. Biayanya Rp20.000,00 per mobil. Tidak sampai satu jam, kami tiba di Stasiun Senen. Setelah mengurus segala administrasi yang diperlukan, kami pun berangkat dari Stasiun Senen menuju Stasiun Purwokerto pada pukul 22.20 WIB dengan menggunakan Kereta Progo kelas ekonomi dengan tarif Rp125.000,00.
Sekitar satu jam, kereta tertahan di daerah Cikarang karena masalah sinyal. Kami merasa mendapat keuntungan dengan keterlambatan ini karena seharusnya kami tiba pukul 03.00, tetapi kami tiba pukul 04.40 saat azan berkumandang. Kami tidak perlu bermalam dulu di Stasiun Purwokerto. Setelah tiba, kami langsung menunaikan salat subuh berjamaah.
Saat keluar Stasiun Wonosobo, kami ditawari carteran mobil menuju Base Camp Patak Banteng, Dieng, Wonosobo, dengan tarif Rp600.000,00. Tanpa babibu, kami langsung mengiyakan. Akhirnya, pada pukul 05.30 WIB, kami meninggalkan Stasiun Purwokerto menuju Patak Banteng dengan mobil Avanza yang dikemudikan Mas Wanto, anggota persatuan sopir Stasiun Purwokerto.
Di Stasiun Purwokerto. Dari kiri ke kanan: Heru, Wahyu, NAM, Aji, dan Piet |
Dari kiri ke kanan: Fandi, Wahyu, NAM, Aji, dan Piet |
Setelah sekitar empat berkendara, tibalah kami di daerah Dieng. Kedatangan kami disambut dengan dataran tinggi yang dipenuhi kabut dengan hawa dingin yang terasa hingga ke tulang. Mas Wanto mengantarkan kami hingga masuk area pelataran Base Camp Patak Banteng. Setelah makan dan menyeruput segelas white coffee hangat, Mas Wanto meninggalkan kami. Kami meminta Mas Wanto untuk menjemput kami pada esok hari pukul 12.00 WIB.
Sementara itu, kami yang sudah kelaparan karena belum sempat sarapan, segera memesan nasi putih hangat dengan cabean telur dadar serta cabaran tahu dan tempe. Mmmhhh, nikmat sekali! Apalagi sambil menyeruput segelas teh hangat yang masih mengeluarkan uap hangatnya.
Selepas menyantap sarapan, kami pun memesan nasi bungkus untuk makan malam di puncak nanti. Sementara Mas Aji dan Mas Wahyu tengah sibuk mendaftarkan kami di pos pendaftaran. Tiap orang dikenai biaya administrasi Rp10.000,00. Setelah segala perbekalan siap, tepat pukul 10.00 WIB, kami pun mulai meninggalkan base camp dan memulai pendakian.
Tentang Gunung Prau, berikut ini saya kutipkan informasi dari Wikipedia. Gunung Prau atau Prahu memiliki ketinggian 2.565 mdpl (meter di atas permukaan laut). Gunung terletak di kawasan Dataran Tinggi Dieng pada koordinat 7°11′13″LU 109°55′22″BT. Gunung Prau merupakan tapal batas antara tiga kabupaten yaitu Kabupaten Batang, Kendal, dan Wonosobo. Puncaknya merupakan padang rumput luas yang memanjang dari barat ke timur. Bukit-bukit kecil dan sabana dengan sedikit pepohonan dapat dijumpai di puncaknya. Gunung Prau merupakan puncak tertinggi di kawasan Dataran Tinggi Dieng dengan beberapa puncak yang lebih rendah di sekitarnya seperti Gunung Sipandu, Gunung Pangamun-amun, dan Gunung Juranggrawah.
Ada tiga jalur pendakian menuju Prau yaitu (1) jalur Pranten, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang, (2) jalur Kenjuran, Kendal, dan (3) jalur Patak Banteng, Wonosobo. Saya dan teman-teman mendaki Prau melalui jalur Patak Banteng, Wonosobo.
Baru beberapa puluh meter berjalan, jalan terjal langsung menghadang, yaitu berupa anak tangga yang berada di area rumah-rumah warga. Tangga-tangga ini menjadi penanda awal trek pendakian yang terus-menerus menanjak hingga puncak.
s
Comments
Post a Comment