Tektok ke Gunung Gede Bareng Keluarga I Sampai Pos Gunung Batu

 

Papa Aji, Nata, Bunda Cici, Satrianegara, dan Ayah NAM di Aer Panas

Alhamdulillah, kami mendaki lagi. Kami yaitu Papa Aji, Nata, Bunda Cici, Satrianegara, dan Ayah NAM (saya) mendaki Gunung Gede via Cibodas pada hari Sabtu, 10 April 2021. 

Perjalanan dimulai dari Bekasi pada hari Jumat sehari sebelumnya. Mulai pukul 15.45 WIB, saya dan anak saya bermotor ke Bogor. Kami melalui jalur Sumarecon Bekasi, Bantar Gebang, Kota Wisata, Cikeas, Citeureup, Cibinong, Baranangsiang, Tajur, Gadog, hingga Cimori Atas. Kami tiba di kediaman Papa Aji pukul 19.30 WIB.

Kami disambut dengan keramahan oleh seluruh keluarga Papa Aji. Ada Bunda Cici, Nata anaknya, Arda keponakannya, Budenya, dan Ajol si kucing kesayangannya. Kami dihidangkan roti lezat, ubi madu cilembu nikmat, dan suguhan teh hangat. Setelah mandi dan melaksanakan salat isya, kami menyantap sate kambing, sate ayam, sayur sop, ayam goreng, tahu goreng, telor dadar goreng, dan kerupuk mi. 
Karena kekenyangan, saya dan anak saya pun tertidur dengan lelap pada sekitar pukul 22.00 WIB. 

Pukul 04.30 WIB kami bangun, mandi, melaksanakan salat subuh, dan melakukan berbagai persiapan lainnya. Wuuuuuhhh, mandi di rumah Papa Aji dingin-dingin sedap. Maklum, kami terbiasa tinggal di Bekasi yang airnya hangat. Di sini dingin sampai ke tulang. Tapi, badan menjadi segar sekali rasanya. 

Setelah menyantap nasi goreng kambing buatan Bunda Cici, sekitar pukul 06.00 WIB kami pun memacu sepeda motor kami menuju Cibodas. Pagi itu udara terasa sangat segar dan langit terlihat amat cerah. Motor kami menderu mendaki di jalanan puncak yang masih sepi. 

Setengah jam kemudian kami pun tiba di Cibodas. Kami memarkir motor di samping area kemping. Setelah itu kami menuju pos pendaftaran. Biaya per orang untuk tiker ke air panas adalah Rp18.000,00. Tepat pukul 07.45 WIB, kami pun memulai pendakian tektok kami.

Pendakian kali ini terasa amat ringan bagi saya. Biasanya saya membawa tas besar yang cukup berat, kali ini hanya membawa jas hujan plastik, sebotol air mineral 600ml, dan beberapa makanan ringan saja. Tapi, rupanya hal ini melenakan saya. Saya lebih banyak diam dan memerhatikan sekeliling. Pemandangan yang indah sepanjang jalan membuat saya banyak berhenti. Sebenarnya sih itu alasan klise. Alasannya sesungguhnya adalah ngos-ngosan yang tak kunjung hilang. Sudah beberapa kali ke gunung ini, tetap saya nafas saya satu dua.

Berbeda dengan anak saya. Dia kelihatan enjoy saja. Apalagi Papa Aji dan Bunda Cici, tidak ada apa-apa tanjakan demi tanjakan ini. Nata aja lincah dan kuat jalannya. Memang saya aja yang selalu belakangan. Hehehehe....

Setelah melewati Rawa Gayonggong, Pos Persinggahan Panyancangan, beberapa shelter, dan jalur air panas, pada pukul 11.30 WIB kami tiba di Pos Kandang Batu pada ketinggian 2.300 mdpl. Kami pun menyantap makan siang. Nata, Satria, Papa Aji, dan Bunda Cici memesan popmie yang dijual oleh penduduk lokal di sana. Harganya 15K per cup. Saya sendiri menikmati bekal nasi dan ayam goreng yang dibungkuskan oleh Papa Aji. Setelah sekitar satu jam, kami pun turun kembali.

Jalur turun kami lalui tanpa hambatan meskipun hujan turun cukup deras. Kami senang sekali dalam perjalanan ini, terlebih lagi saat bertemu dengan banyak pendaki lainnya yang akan naik. Tas mereka besar-besar. Salam sapa penuh canda dan motivasi saling terdengar mendoakan dan menyemangati di antara kami.

Sekitar pukul 15.00 WIB kami tiba di pos pendaftaran. Kami langsung menuju musala untuk melaksanakan salat zuhur dan asar jamak takhir. Karena saya dan anak saya kelelahan, kami pun ketiduran hampir setengah jam. Adapun Papa Aji dan keluarga pamitan untuk pulang terlebih dahulu. 

Sekitar pukul 16.30 WIB, saya anak saya meninggalkan Cibodas. Motor kami menderu menuruni jalan Cibodas lalu berbelok ke arah kiri menuju Puncak Pass. Rupanya kabut sudah turun. Pemandangan menjadi sangat terbatas. Udara dingin yang menusuk tulang terasa membekukan jari tangan saya yang memegang handle setang. Didera kantuk yang masih menyisa, motor verza saya meliuk-liuk menembus kabut puncak. Motor saya terus-menerus mengambil jalur kanan mengingat kemacetan luar biasa yang sudah tidak asing lagi di daerah ini. 

Setelah berjibaku dengan lelah, tepat menjelang azan magrib kami tiba di rumah Papa Aji. Tadinya kami bermaksud menumpang salat magrib lalu langsung balik menuju Bekasi. Namun, Papa Aji meminta kami menginap kembali mengingat kemacetan yang luar biasa pada malam panjang itu. Setelah saya melihat maps, ternyata memang benar ucapan Papa Aji. Kemacetan terjadi di jalur puncak sampai Tajur. Bahkan, hingga Cibinong. Akhirnya kami pun menginap kembali di rumah Papa Aji. Sebelum tidur, kami menyantap nasi putih hangat dengan mi goreng, telor dadar, dan ayam goreng. Ditambah juga dengan teh hangat. Sungguh nikmat. Malam itu kami pun tertidur sama lelap.

Subuh pun datang tanpa terasa. Setelah melaksanakan salat subuh, kami pun menyantap nasi goreng ayam buatan Bunda Cici. Nikmat sekali rasanya pagi-pagi. Oh ya, semalem saya dan anak saya berjalan-jalan di jalur puncak. Kami membeli moci (15K/tali), talas madu (35K/iket), alpukat madu (20K/kg), dan pisang kepok hijau matang (25k/sisir).

Tepat pukul 06.00 WIB di hari Ahad pagi, verza saya membelah udara dingin puncak. Benar kata Papa Aji, puncak di pagi hari lancar sekali. Verza saya terus melaju meninggalkan Cimori. Kami melewati Gadog, Tajur, Baranangsiang, Warung Jambu, Cibinong, hingga Tapos. Di tempat ini kami mampir di Alfamart sekita setengah jam untuk membeli minuman dingin dan cemilan gurih sambil melepas penat. Selepas itu kami pun melaju melewati Leuwinanggung, Cibubur, Ciangsana, Pekayon, Sumarecon Bekasi, Prima Harapan, dan Villa Indah Permai. Kami mampir lagi di sini untuk menyeruput kelapa hijau segar. 

Tepat pukul 09.00 WIB kami tiba di rumah. Saya langsung mencuci seluruh pakaian kotor lalu dengan tidak sabar membuat video perjalanan kami. Sementara Satrianegara, anak saya, sudah berbaur kembali dengan teman-temannya. Dia telah mandi dan memakai kokoh putih dan berpeci untuk mengikuti tarhib keliling bersama rombongan IKRA Pusat. Syukurlah dia gembira dan menikmati perjalanan hari ini.

"Baru kali ini aku naik motor jauh sekali," ucapnya, "kalau nanti naik gunung lagi, aku ikut lagi ya, Yah."

Alhamdulillah...

Itulah sekelumit cerita perjalanan kami. Saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Papa Aji, Bunda Cici, dan Nata. Tanpa mereka, perjalanan kami tidak akan bermakna. Keramahan dan penerimaan mereka tidak akan kami lupakan selamanya. Semoga Allah SWT membalasnya dengan kebaikan yang berlipat ganda. Aamiiin ya rabbal aalamiiin.

Berikut ini sedikit dokumentasinya... Cekidoooot!.... :)

Satria di Depan Area Kemping



Disuruh bergaya, malah tertawa 😄


Satria di Telaga Biru

Ayahnya ingin ikut foto juga.

Lagi bengong, difoto ma ayahnya.

Di atas Jembatan Rawa Gayonggong

Ini keluarga pendaki yang luar biasa: Papa Aji, Nata, dan Bunda Cici


Berfoto Bersama, Pengen Summit Bareng Bakda Lebaran Nanti



Satria dan Ayam NAM di Kandang Batu, Dijepret oleh Papa Aji


Oh ya, ada video singkat perjalanan kami. Jika berkenan untuk melihatnya, silakan klik tulisan biru di bawah ini ...

Satria Tektok ke Gede


Terima kasih ... 











Comments

Popular posts from this blog

MENDAKI SANGGABUANA

Mengajak Anak dan Teman Mendaki Perdana ke Gunung Sanggabuana, Karawang

BERSANTAI DI MUNARA